Jumat, 14 Oktober 2011

Makanan bisa jadi racun???


Kita pasti selalu berusaha untuk memperhatikan kualitas kesehatan makanan yang kita konsumsi, mulai dari bahan mentah, metode penyajian, bahkan sampai peralatan makan yang kita gunakan. Tetapi, bagaimana bila kemudian, karena kelalaian sedikit atau karena kesalahan orang lain, makanan kita ternyata menjadi racun bagi tubuh?
Keracunan makanan terjadi ketika kita mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi organisme perusak, seperti bakteri, virus, dan parasit atau karena makanan itu memang mengandung racun. Kontaminasi juga dapat terjadi pada masakan rumah apabila tidak ditangani, dimasak, atau disimpan dengan benar.
Keracunan makanan akan menimbulkan efek yang berbeda, tergantung pada jenis dan kuantitas kontaminan, serta usia dan kondisi kesehatan penderitanya. Efek-efek itu akan terlihat pada berbagai gejala, seperti mual, muntah, diare, sakit perut, perut kejang, hilang selera makan, kelelahan, dan demam. Gejala-gejala itu biasanya akan muncul dalam beberapa jam atau hari setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi, sementara rasa sakit akan bertahan dalam satu hingga sepuluh hari.
Biasanya, korban keracunan makanan dapat beristirahat di rumah, sepanjang ia:
  • Menormalkan perutnya dengan cara berhenti makan dan minum untuk beberapa jam. Setelah itu, mulailah dengan makanan mudah dicerna dan tanpa rasa dulu, lalu ditingkatkan secara perlahan-lahan.
  • Mencoba meminum air sedikit demi sedikit. Minuman soda tanpa warna dan kafein pun boleh dicoba. Ingat, minumlah secara sedikit demi sedikit secara teratur. Bila urinasi telah normal dan urin sudah berwarna terang, itu artinya tubuh sudah mendapatkan cairan tubuh yang cukup.
  • Menghindari jenis makanan tertentu untuk sementara waktu, seperti olahan susu, kafein, alkohol, nikotin, atau makanan berbumbu.
  • Beristirahat dengan cukup, karena dehidrasi biasanya akan membuat badan lemah dan capek.
  • Tidak mengonsumsi obat-obatan anti diare karena jenis obat itu akan memperlambat eliminasi bakteri dan racun dari dalam tubuh yang, tentu saja, akan memperburuk kondisi si penderita.
Tetapi, ternyata perawatan di rumah tidak meningkatkan kondisi si korban. Korban harus segera ke dokter atau rumah sakit apabila gejala-gejalanya semakin parah, seperti tetap muntah-muntah dalam dua hari, ada darah di muntahan, diare parah dalam tiga hari, ada darah di diare, sakit perut semakin parah, demam di atas 38 derajat C, dan menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti air seni sedikit, selalu haus, mulut kering, badan lemah, pusing, atau sakit kepala.
Sekarang, mari membahas tentang pencegahan. Untuk mencegah keracunan makanan di rumah, kita sebaiknya:
  • Sering membersihkan peralatan makanan dan permukaan makanan sebelum diolah.
  • Pisahkan makanan mentah dengan yang siap makan, bahkan sejak masih di keranjang belanja.
  • Memasak makanan dengan temperatur yang tepat.
  • Segera bekukan makanan yang mudah busuk.
  • Cairkan makanan beku di microwave atau membiarkannya berada di bawah air yang mengalir, bukan meletakkannya begitu saja di udara terbuka.
  • Membuang makanan itu bila sudah terlihat mencurigakan.
Pencegahan juga dapat dilakukan dengan 'menyiapkan' sistem pencernaan dan kekebalan tubuh untuk menghadapi kontaminasi apapun. Bukan berarti kita menjadi kebal terhadap kontaminan apapun, namun sistem pencernaan yang sehat dan sistem imunitas yang baik akan memperingan gejala sekaligus mempercepat proses pembuangan racun makanan dari dalam tubuh, serta tentu saja mempercepat proses penyembuhan.